Skip to main content

Featured Post

Welcome Ultraman Arc [Artwork]

 

[Review Film] RRR (Rise, Roar, Revolt) Film India Rasa Komik Shonen


RRR, Rise, Roar, Revolt, sebuah film India yang dibuat oleh bapak S.S. Rajamouli dan timnya, tiba-tiba saja dibagiin sama temen saya, karena kami baru-baru saja, yah, beberapa bulan yang lalu sih, menikmati film India yang kami rasa anti-mainstream, berjudul Minal Murali.


Trailer RRR, atau kita singkat 3R aja kali yah biar singkat– Atau justru lebih panjang jadinya? Er-er-er … Ti–ga-er … Oh ternyata sama-sama 3 suku kata ya kalau dibaca, ya udah deh, kita sebut RRR aja walaupun agak belibet ngomongnya. 


Kembali ke trailer RRR, trailernya menampilkan adegan-adegan action yang absurd ala film India, dan itu adalah sebuah hal yang positif bagi kami, fans film-film komedi (maupun non-komedi) yang absurd. Ya, biasanya film-film yang absurd berujung jadi film komedi sih, walaupun memang tidak diniatkan sebagai film komedi.


Awal saya nonton trailernya sih, agak skip karena fokus saya masih tertuju sama serial Stranger Things season 4 yang baru aja rilis. Jadi saya nonton trailernya tuh gak begitu merhatiin, tapi cukup lah buat masukin filmnya ke watchlist, mungkin bisa jadi hiburan setelah kelar nonton Stranger Things.

Ternyata, takdir berkata lain, dan saya tidak menyelesaikan Stranger Things terlebih dahulu karena satu dan lain hal, dan akhirnya nonton RRR dengan ekspektasi kalau film ini bakal kocak dan mengada-ada seperti Minal Murali.

Ternyata, sesuai judulnya, Rise, Roar, Revolt, film ini diawali dengan adegan dimana wilayah India masih dijajah oleh kerajaan Inggris, dan sepertinya film ini akan mengisahkan sejarah India melawan Inggris, dan kemerdekaan India.

Bingung juga ya ternyata mau mengulas film, kalau cuma dibahas bagus atau jeleknya, ulasannya ya sedikit banget… Tapi kalau ngebahas ceritanya, ya jadi spoiler dong. Tapi learning by doing adalah salah satu cara belajar yang baik, jadi ya dicoba aja lah dulu ya.

Sebenarnya waktu menulis ulasan RRR ini, saya hampir tidak bisa mengingat awal filmnya, karena durasi filmnya yang cukup panjang, sekitar 3 jam, atau tepatnya 3 jam 7 menit setelah saya tengok di IMDB. Seingat saya sih, awalnya itu kita diperkenalkan sama salah satu tokoh utama di film ini, bang Rama Raju yang diperankan sama bang Ram Charan, seorang polisi India yang bekerja untuk kerajaan Inggris. Adegan pembuka yang berjudul ‘Fire’, rasanya bener-bener fire banget. Sebuah adegan yang tidak masuk akal, tapi sangat saya nikmati karena action yang absurd dan sangat keren. 


Oh, ternyata adegan awalnya bukan itu, tapi adegan dimana seorang anak dari tribe… Bahasa Indonesianya ‘tribe’ itu apa ya? Oh, suku. Jadi, ada anak perempuan dari suku pedalaman India gitu, dia lagi nato.. Apaan ya nato? Ngasih tato gitu deh, nato, di tangan seorang ibu-ibu Inggris. Eh tiba-tiba si ibu kayaknya pengen punya anak India, jadi dibeli dah itu anak, dituker sama dua keping koin yang saya kurang tau berapa jumlahnya. Nah, abis anak perempuan ini dibawa pergi sama ibu-ibu Inggris ini deh, baru konflik filmnya dimulai, dan lanjut ke adegan polisi yang saya ceritain sebelum ini.

Setelah kita diperkenalkan dengan bang Rama si polisi India tapi Inggris, kita melanjutkan perjalanan ke bagian yang diberi judul ‘Water’, dimana kita dikenalin sama tokoh utama yang lain, yang bernama bang Bheem (dibaca Bim) yang diperankan sama bang N.T. Rama Rao Junior, seorang petugas keamanan dari suku yang anak perempuan tadi dibeli sama ibu-ibu Inggris. Suku itu gak suka keributan, tapi kalau ada satu orang yang terpisah dari suku itu, katanya sih apapun bakal dilakukan untuk ngembaliin orang yang terpisah dari suku itu, biar penduduknya komplit dan gak ada yang terpisah. Jadi, bang Bheem bertugas mencari Malii yang diperankan oleh Twinkle Sharma, anak perempuan yang diculik, eh dibeli, yah, pokoknya dibawa pergi sama ibu-ibu Inggris tadi.

Gimana? Tertarik nonton filmnya setelah mendengarkan awal cerita saya tadi? Kalau gak tertarik, ya gak papa juga, tapi saya sangat merekomendasikan film ini karena pesan-pesan kebaikan yang dikemas dalam film ini, diluar hal-hal absurd yang ada dalam film ini, sangat baik untuk kembali kita pikir dan renungkan.


Nonton film ini tuh kayak baca komik shonen, yang dekat dengan semangat, cinta, dan persahabatan. Sesimpel itu, tapi sedalam itu. Film ini bisa banget memadukan aksi, drama, dan… Setelah saya ingat lagi, film ini sangat minim humor, walaupun beberapa adegan hiperbolanya memang bisa membuat kita ketawa. Adegan-adegan yang terjadi di film ini komikal banget, tapi karena dikemas secara mantap, rasa cringe atau geli-gelinya itu jadi hilang dan adegan-adegan komikalnya itu jadi memukau gitu deh.


Film bertema penjajahan ini membawa kita kembali ke jaman penjajahan, dimana ras penjajah hidup dengan segala kemewahannya, dan ras yang terjajah hidup tidak manusiawi dan bahkan diperlakukan seperti hewan oleh para penjajah yang tidak punya hati. Tentu saja dalam film ini masih ada tokoh-tokoh dari ras penjajah yang bersikap baik, untuk memberikan keseimbangan, dan mengingatkan kita, bahwa walaupun seseorang mempunyai ras yang sama dengan para penjajah, bukan berarti mereka serta merta menjadi seseorang yang jahat. Hidup tidak sekedar hitam dan putih, dari perspektif para penjajah, mungkin apa yang mereka lakukan adalah hal yang mulia untuk ras mereka. Tapi tentu saja, tindakan-tindakan tidak manusiawi yang dilakukan oleh para penjajah, adalah sesuatu yang tidak bisa dibenarkan. Sedangkan tindakan tidak manusiawi yang dilakukan oleh pihak yang terjajah, mungkin masih bisa dibenarkan, karena ya mau gimana lagi? Tindakan tidak manusiawi di masa itu, cuma bisa diselesaikan dengan tindakan yang tidak manusiawi juga. Beruntung rasanya kita hidup di zaman sekarang, dimana hampir semua hal bisa diselesaikan dengan kekeluargaan dan perdamaian, walaupun ego dari pemimpin-pemimpin negara kadang tidak bisa kita kontrol, dan selalu ada kemungkinan perang untuk terjadi.

Film ini mengingatkan kita, untuk melawan pihak yang menindas, mungkin kita tidak memerlukan perlengkapan dan persenjataan yang canggih, cukup dengan persatuan dan kesatuan, dan rela berkorban demi kebebasan negara. Memang terdengar bodoh, tapi mungkin sebenarnya memang sesederhana itu, bersatu adalah kunci, seperti yang selalu digambarkan oleh serial Power Rangers, dimana mereka bersatu padu melawan pihak yang mengusik ketenangan dan kedamaian wilayahnya. Sempat terpikir, sedih juga ya kita di Indonesia masih sering terpecah belah sama isu-isu yang sebenarnya ya itu lagi, itu lagi. Kalimat ‘Bhinneka Tunggal Ika’ udah kayak kalimat pajangan yang gak bener-bener dibenamkan di hati rakyat Indonesia. Kembali lagi, semuanya adalah politik kepentingan. Selalu ada pihak-pihak yang sengaja memecah belah dan menciptakan konflik demi kepentingan pribadi atau pihak-pihak di sekitarnya. Waduh, jadi dalem gini pembahasannya ya, tapi mungkin memang film RRR ini memang dibuat untuk mengingatkan kita gimana jadinya kalau kita melupakan persatuan, dan lebih mementingkan diri sendiri.

Secara gambar, cerita, dan musik, film RRR ini menurut saya udah melewati kategori rata-rata dan udah bagus banget buat saya. Adegan-adegan aksinya tuh udah jauh banget sama film-film Marvel, dan kenapa saya bandinginnya sama film Marvel? Karena ada beberapa adegan di film ini yang bikin saya inget sama film Marvel, terutama Winter Soldier. Dan seperti yang kita tau, Winter Soldier itu adalah salah satu film Marvel yang tinggi banget skor dan popularitasnya di mata para fans. Adegan aksi di film RRR ini pokoknya bener-bener mantep banget deh, sampai saya mikir, kok kepikiran aja ya mereka bikin adegan aksi kayak gini? Beberapa adegan aksinya juga bener-bener melekat banget dalam ingatan karena sangat ikonik dan unik. Udah lah, tonton aja udah di Netflix atau di situs-situs langganan temen-temen, dijamin gak nyesel.

Buat musiknya, tentunya khas film India, film ini dipenuhi oleh nyanyian dan tarian, yang biasanya saya tidak bisa menikmati karena rasanya geli luar biasa, tapi di film RRR, adegan nyanyian dan tariannya sangat saya nikmati karena hampir semua tarian dan nyanyiannya bukan soal cinta-cintaan yang menggelikan seperti film India biasanya. Atau mungkin saya aja yang kurang nonton film India, dan berpikir bahwa mayoritas nyanyian dan tarian dalam film India tiu menggelikan. Atau bisa juga usia saya yang semakin tua, semakin membuat saya menjadi nenek saya yang sangat menyukai film India. Pokoknya, musik, lagu, dan tari di film RRR ini bisa saya nikmati, tanpa merasa geli.

Sepanjang film RRR, saya berpikir bahwa film ini adalah film sejarah yang dibumbui dengan hiperbola. Tapi ternyata, setelah saya googling, film RRR ini murni fiksi, tapi dibuat berdasarkan pahlawan India tahun 1920-an, yang memang pada masa itu India masih dalam jajahan Inggris. Saya kurang paham dengan etika memfiksikan tokoh-tokoh dalam sejarah, tapi melihat beberapa tokoh sejarah yang difiksikan oleh Jepang, Amerika, dan India ini, saya merasa kita sebagai orang Indonesia juga mungkin bisa menjadi lebih terbuka untuk memfiksikan sejarah, tentunya untuk hal yang positif, bukan sekedar merusak sejarah dengan bumbu fantasi. Contohnya ya kayak film RRR ini, tentunya setelah nonton, kita kan jadi penasaran, apakah tokoh-tokoh dalam film ini nyata? Mereka itu sebenarnya siapa? Memangnya perjuangan India di zaman itu seperti apa? Nah, rasa penasaran itu yang bisa membawa kita untuk mempelajari sejarah, dan lebih menghargai sejarah. Selama saya sekolah, apa yang dilakukan mata pelajaran sejarah, tidak begitu menarik dan tidak menimbulkan rasa ingin tahu, dibandingkan setelah saya menonton film fiksi yang mengandung unsur-unsur sejarah.

Jadi ya, buat temen-temen kreatif, mungkin kita bisa mulai belajar dari sejarah, dan berkarya dari sejarah, untuk menyampaikan nilai-nilai positif yang bisa kita pelajari dari sejarah. Istilahnya ya kayak sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, kita membuat karya yang keren, sambil melestarikan sejarah.


Akhir kata, film RRR ini sangat amat mantap dan komplit, walaupun kayaknya gak begitu bisa ditonton sama keluarga yang masih di bawah umur, karena banyak adegan kekerasan yang berdarah-darah. Mungkin adek-adek yang di bawah umur juga gak bakal begitu paham pesan-pesan yang disampaikan sama film ini. Jadi, ya selamat menyaksikan Rise, Roar, Revolt dan semoga film Indonesia bisa bangkit, mengaum dan berevolusi jadi lebih baik, amin!

Seperti biasa, jangan lupa like, share dan subscribe supaya channel ini terus berkembang, jangan lupa jaga kesehatan, dan jangan lupa jadi orang baik.

Bye-bye!



Comments

Popular Posts